SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI SD NEGERI 1 CIPUTAT,CREATIF,EDUKATI,RENPONSIF,DINAMIS ,AGAMIS DAN SANTUN

GURUKU MOTIVATORKU

 

GURUKU MOTIVATORKU

Cucun Sundusiah, S.Pd – sekarang Guru Kelas 1B

karya ini sudah dimuat Azkiya Publishing tahun 2021

                                                             


            Pada tanggal 23 Juni 1991, seorang perempuan hebat melahirkan seorang anak perempun, oleh ayahnya diberi nama Cucun Sundusiah. Itulah aku. Aku anak bungsu dari 7 bersaudara. Ayah seorang pedagang yang giat bekerja keras demi keluarganya. Semua saudara-saudara kandungku sekolah sampai tingkat SMA. Sementara di zaman itu, di kampung tempat tinggalku, anak bisa sekolah hingga SMA bisa dihitung jari. Kami termasuk anak-anak beruntung memiliki ayah yang tangguh mencari nafkah.

Pendidikan dasarku dimulai dari SDN 1 Ciputat. Aku memang alumni sekolah ini dan aku bangga pernah sekolah di SD ini. Setelah lulus SD, aku melanjutkan ke SMPN 1 Ciawigebang kemudian melanjutkan ke SMA  Cidahu. Dunia kampus pernah kurasakan ketika menjalani kuliah di Universitas  Kuningan, sayangnya tidak selesai. Namun sekarang, aku sedang kuliah lagi di Universitas Terbuka.

Di SD, aku mengenal satu sosok guru yang sangat memotivasi. Beliau motivatorku yang baik dan smart. Banyak prestasi yang diraih beliau sebagai pribadi maupun guru. Bekal yang aku dapatkan dari beliau membuat aku melangkah ke jenjang pendidikan berikut, yaitu ke SMP, SMA hingga kuliah. Keinginan kuliah ini karena termotivasi beliau. Dalam benakku, ingin sekali aku bercita-cita seperti beliau menjadi seorang guru yang baik, disenangi anak-anak didik dan menjadi motivator bagi anak-anak didik. 

Akan tetapi, sewaktu kuliah, diam-diam ada  pria yang tertarik padaku. Semula di antara kami hanya saling berteman saja. Namun entah kenapa ia ingin serius bahkan sampai menyatakan rasa sayangnya secara berlebihan. Ia pantau gerak-gerikku selama kuliah, dengan siapa aku berteman atau bergaul. Demi mencapai keinginannya itu, ia sampai menyuruh temannya memantau semua gerak-gerikku di kampus. Dia membolehkan aku berteman yang wajar-wajar saja dan tidak mau aku memberi kesempatan sekecil apapun kepada lawan jenis.

Perasaan sayangnya ternyata tidak main-main, ia bahkan langsung mengatakan kepada keluarganya apabila mempunyai wanita yang disayangi, yaitu diriku. Lantas keluarganya beranjangsana ke rumah keluargaku. Setelah antarkeluarga saling kenal dan dekat, keluarganya ingin memastikan hubunganku dengannya. Semula aku yang tidak mau terburu-buru, akhirnya terpaksa  harus menerima keadaan yang sudah terjadi ini. Kami pun bertunangan tiga bulan kemudian aku telah diikat dalam pernikahan resmi.

Aku terkadang tak habis pikir dengan diriku sendiri. Di kampus, aku merupakan sosok wanita yang sulit didekati meski banyak teman cowok yang menyukaiku, tapi dengan laki-laki ini aku langsung tumbang dan menyerah untuk diperistri. Padahal, kami baru saling mengenal seadanya saja. Namun, intervensi dirinya langsung kepada keluargaku sungguh luar biasa. Hal ini yang membuat saya tak berkutik.

Sebelum menikah aku telah menyampaikan padanya akan tetap kuliah, sehingga setelah menjadi seorang istri pun komitmen untuk meneruskan kuliah tetap kulakukan. Aku sudah mulai aktif kuliah lagi pada semester empat. Sangat kurasakan perbedaan antara sebelum menikah dan setelah menikah, pergaulan juga mulai terbatas dan aku jarang bermain-main  lagi dengan teman. Bahkan  pergi ke kampus pun saat memang ada jadwal dan dosennya saja. Tak ada lagi waktu nongkrong atau sekedar main. Aku merasa lebih baik di rumah apalagi pada saat itu aku sedang hamil.

Tiap semester kulalui dengan semangat meski aku telah memiliki anak. Aku tidak ingin memupuskan cita-cita awalku. Pada semester 7 ada program pengabdian masyarakat dimana kami para mahasiswa diminta terjun langsung. Aku meski memiliki anak tetap mengikuti program tersebut selama satu bulan. Alhamdulillah, dengan mengikuti program tersebut kami jadi memiliki ilmu kemasyarakatan dan mengenal program  di desa. Kami pun diberi kesempatan mengajar di sekolah kepada murid-murid sekolah tersebut. Selama melaksanakan program pengabdian, kami diterima dengan baik oleh masyarakat juga pihak sekolah melalui kepala sekolahnya. Sebuah bekal bagi kami jika kelak mengajar sesungguhnya.

Memasuki semester 8 aku akan melaksanakan praktik mengajar, tapi datang  musibah menimpa rumah tanggaku. Pada awalnya aku tidak percaya kalau suami melakukan satu tindakan yang bikin aku tidak respek padanya. Padahal selama ini suamiku merupakan laki-laki yang  baik dan penuh tanggung jawab.

Ceritanya begini.

Mamah mertua menelpon aku menanyakan keberadaan suami. Berhubung aku sedang menginap di rumah orang tua kandungku, kusampaikan kepada mamah kalau si mas sudah pulang membawa mobil. Namun kata mamah, suamiku belum pulang dan belum sampai rumah. Secara acak, mamah lalu menghubungi teman-teman suami dan menemukan anaknya sedang main ke rumah salah satu teman. Yang mengherankan, suamiku menitipkan mobil kepada temannya sebagai jaminan karena suamiku meminjam uang. Hasil pinjaman itu aku tidak tahu digunakan untuk apa. Sebagai istri maupun sebagai wanita, aku tidak pernah minta yang macam-macam kepada suami. Permintaan apapun kepadanya selalu dalam batas yang wajar tidak melebihi kemampuannya.

Untuk bayaran uang kuliah, aku terkadang ikut membantunya mengirimkan telor ke toko-toko langganan. Pada saat itu suamiku berbisnis ayam petelur. Jadi dia pinjam uang segitu banyak, aku tidak tahu dipergunakan untuk apa uangnya. Akibat ketidakjujuran suami, aku akhirnya bertengkar dan mengganggu hubungan dalam rumah tangga kami. Aku menjadi tidak percaya dan ada rasa kecewa kepadanya. Namun mamah mertua yang terus mendukung kami tetap bersatu. Beliau yang getol ingin terus menyatukan kami, tapi aku sudah kadung terluka. Mamah mertua juga mengatakan kalau suami melakukan hal itu baginya adalah biasa saja. Sungguh aku tidak percaya hal itu.

Di saat aku merasa down, aku tetap harus mengikuti praktik mengajar di SMPN 1 Ciawigebang, karena aku tidak mau mengulang dan ikut tahun depan supaya tidak mengganggu penyusunan skripsi. Setelah aku selesai mengikuti program praktik mengajar, aku akhirnya dinyatakan lulus dan memperoleh nilai A -memuaskan-.  Aku sangat bahagia, meskipun situasi rumah tanggaku sedang tidak baik-baik saja, tapi aku bisa memberikan praktik mengajar dengan baik. 

Gegara masalah rumah tanggaku, keberlangsungan skripsi jadi ikut terpengaruh, dan aku merasa tidak semangat dalam menyusun skripsi. Akhirnya terjadi juga, aku tak memikirkan lagi kuliah apalagi skripsi. Aku back to my husband dan kembali menjadi ibu rumah tangga lagi tanpa pernah punya keinginan mewujudkan cita-cita lagi. Keluargaku yang masih mendukung terus, mempersilakan aku ke kampus dan bertemu dosen supaya aku mewujudkan cita-cita muliaku. Sayangnya, motivasi untuk mengejar cita-cita sudah pupus bahkan aku merasa beginilah nasib ibu rumah tangga. Namun, jauh di lubuk hati terdalam, aku masih berkeinginan menggapai cita-citaku menjadi guru.

Suatu hari, pada saat aku sedang menonton TV, kulihat grup alumni SDN 1 Ciputat sedang seru mengobrolkan acara paturaytineung.  Di grup sedang membicarakan salah satu guru yang selalu dikenang oleh para alumni SD. Sebagai alumni angkatan 2009, kami ingin hadir di acara tersebut untuk mengucapkan terima kasih pada sosok guru kebanggaan kami yang pada waktu itu begitu sabar, baik, serta  sangat membimbing kami.

Pada waktu acara paturaytineung dilaksanakan, aku bertemu sosok guru yang kukagumi. Sekarang beliau adalah Kepala Sekolah SDN 1 Ciputat. Dalam acara tersebut kami saling sapa dan banyak mengobrol.

Sebulan setelah acara paturaytienung, tepatnya pada hari Sabtu siang, saat aku sedang tiduran, masuk telpon dari nomor asing/nomor baru. Oh ternyata nomor ibu kepala sekolah. Semula aku tidak percaya, ada apa ya beliau telpon aku? Aku telepon balik lalu kami mengobrol macam-macam. Beliau bertanya aku sedang dimana, kerja atau tidak sekarang. Semua pertanyaan aku jawab apa adanya; a, b, c, dst …. Karena beliau, aku tak segan untuk curhat bahkan aku bilang, seandainya saja waktu bisa diputar, maka aku tak mau kejadian diriku ini ada, sehingga aku bisa mewujudkan cita-citaku menjadi guru seperti dirinya. Jujur aku bangga dengannya.

Mendengar curhatanku, ia lalu memotivasi aku bahwa hidup belum selesai selama masih ada nafas yang Allah berikan. Masih banyak yang bisa dikerjakan. Ibu kepala sekolah tiba-tiba menawariku pekerjaan sebagai tenaga administrasi di SD aku dulu. Hidupku yang nyaris putus asa mendadak terang kembali, tapi aku juga tahu diri dengan mengatakan kalau aku belum lulus kuliah. “Selama kamu mau belajar dan berusaha pasti semua bisa dikerjakan,” kata beliau menyemangatiku. Kata-katanya benar-benar menjadi penyejuk di hatiku. Dengan mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya, aku juga mengucapkan Bismillah karena siap bekerja di almamaterku SDN 1 Ciputat. Aku benar-benar tidak menyangka akan bekerja bersama beliau, berasa mimpi, tapi ini semua nyata. Ini satu penghargaan yang begitu besar untukku. Alhamdulillah ya Allah atas segala nikmat-Mu ….

Atas dorongan dan motivasi beliau, sosok yang kuidolakan sejak dulu hingga sekarang, aku bersemangat untuk kembali kuliah. Semoga kuliahku kali ini akan segera lulus dan aku bisa mewujudkan cita-citaku yang tertunda. Aku ingin bisa seperti sosok yang kuidolakan, Ibu Imas Sumiarsih, aamiin ….

 

Berbagi