GURUKU MOTIVATORKU
karya ini sudah dimuat Azkiya Publishing tahun 2021
Pendidikan dasarku dimulai dari
SDN 1 Ciputat. Aku memang alumni sekolah ini dan aku bangga pernah sekolah di
SD ini. Setelah lulus SD, aku melanjutkan ke SMPN 1 Ciawigebang kemudian
melanjutkan ke SMA Cidahu. Dunia kampus
pernah kurasakan ketika menjalani kuliah di Universitas Kuningan, sayangnya tidak selesai. Namun sekarang,
aku sedang kuliah lagi di Universitas Terbuka.
Di SD, aku mengenal satu sosok
guru yang sangat memotivasi. Beliau motivatorku yang baik dan smart.
Banyak prestasi yang diraih beliau sebagai pribadi maupun guru. Bekal yang aku
dapatkan dari beliau membuat aku melangkah ke jenjang pendidikan berikut, yaitu
ke SMP, SMA hingga kuliah. Keinginan kuliah ini karena termotivasi beliau.
Dalam benakku, ingin sekali aku bercita-cita seperti beliau menjadi seorang
guru yang baik, disenangi anak-anak didik dan menjadi motivator bagi anak-anak
didik.
Akan tetapi, sewaktu kuliah,
diam-diam ada pria yang tertarik padaku.
Semula di antara kami hanya saling berteman saja. Namun entah kenapa ia ingin
serius bahkan sampai menyatakan rasa sayangnya secara berlebihan. Ia pantau
gerak-gerikku selama kuliah, dengan siapa aku berteman atau bergaul. Demi
mencapai keinginannya itu, ia sampai menyuruh temannya memantau semua
gerak-gerikku di kampus. Dia membolehkan aku berteman yang wajar-wajar saja dan
tidak mau aku memberi kesempatan sekecil apapun kepada lawan jenis.
Perasaan sayangnya ternyata
tidak main-main, ia bahkan langsung mengatakan kepada keluarganya apabila
mempunyai wanita yang disayangi, yaitu diriku. Lantas keluarganya beranjangsana
ke rumah keluargaku. Setelah antarkeluarga saling kenal dan dekat, keluarganya
ingin memastikan hubunganku dengannya. Semula aku yang tidak mau terburu-buru,
akhirnya terpaksa harus menerima keadaan
yang sudah terjadi ini. Kami pun bertunangan tiga bulan kemudian aku telah diikat
dalam pernikahan resmi.
Aku terkadang tak habis pikir
dengan diriku sendiri. Di kampus, aku merupakan sosok wanita yang sulit
didekati meski banyak teman cowok yang menyukaiku, tapi dengan laki-laki ini aku
langsung tumbang dan menyerah untuk diperistri. Padahal, kami baru saling
mengenal seadanya saja. Namun, intervensi dirinya langsung kepada keluargaku sungguh
luar biasa. Hal ini yang membuat saya tak berkutik.
Sebelum menikah aku telah
menyampaikan padanya akan tetap kuliah, sehingga setelah menjadi seorang istri
pun komitmen untuk meneruskan kuliah tetap kulakukan. Aku sudah mulai aktif kuliah
lagi pada semester empat. Sangat kurasakan perbedaan antara sebelum menikah dan
setelah menikah, pergaulan juga mulai terbatas dan aku jarang bermain-main lagi dengan teman. Bahkan pergi ke kampus pun saat memang ada jadwal
dan dosennya saja. Tak ada lagi waktu nongkrong atau sekedar main. Aku merasa
lebih baik di rumah apalagi pada saat itu aku sedang hamil.
Tiap semester kulalui dengan
semangat meski aku telah memiliki anak. Aku tidak ingin memupuskan cita-cita
awalku. Pada semester 7 ada program pengabdian masyarakat dimana kami para
mahasiswa diminta terjun langsung. Aku meski memiliki anak tetap mengikuti
program tersebut selama satu bulan. Alhamdulillah, dengan mengikuti
program tersebut kami jadi memiliki ilmu kemasyarakatan dan mengenal
program di desa. Kami pun diberi
kesempatan mengajar di sekolah kepada murid-murid sekolah tersebut. Selama
melaksanakan program pengabdian, kami diterima dengan baik oleh masyarakat juga
pihak sekolah melalui kepala sekolahnya. Sebuah bekal bagi kami jika kelak
mengajar sesungguhnya.
Memasuki semester 8 aku akan
melaksanakan praktik mengajar, tapi datang musibah menimpa rumah tanggaku. Pada awalnya
aku tidak percaya kalau suami melakukan satu tindakan yang bikin aku tidak respek
padanya. Padahal selama ini suamiku merupakan laki-laki yang baik dan penuh tanggung jawab.
Ceritanya begini.
Mamah mertua menelpon aku
menanyakan keberadaan suami. Berhubung aku sedang menginap di rumah orang tua
kandungku, kusampaikan kepada mamah kalau si mas sudah pulang membawa mobil.
Namun kata mamah, suamiku belum pulang dan belum sampai rumah. Secara acak,
mamah lalu menghubungi teman-teman suami dan menemukan anaknya sedang main ke
rumah salah satu teman. Yang mengherankan, suamiku menitipkan mobil kepada
temannya sebagai jaminan karena suamiku meminjam uang. Hasil pinjaman itu aku
tidak tahu digunakan untuk apa. Sebagai istri maupun sebagai wanita, aku tidak
pernah minta yang macam-macam kepada suami. Permintaan apapun kepadanya selalu
dalam batas yang wajar tidak melebihi kemampuannya.
Untuk bayaran uang kuliah, aku
terkadang ikut membantunya mengirimkan telor ke toko-toko langganan. Pada saat
itu suamiku berbisnis ayam petelur. Jadi dia pinjam uang segitu banyak, aku
tidak tahu dipergunakan untuk apa uangnya. Akibat ketidakjujuran suami, aku
akhirnya bertengkar dan mengganggu hubungan dalam rumah tangga kami. Aku
menjadi tidak percaya dan ada rasa kecewa kepadanya. Namun mamah mertua yang
terus mendukung kami tetap bersatu. Beliau yang getol ingin terus menyatukan
kami, tapi aku sudah kadung terluka. Mamah mertua juga mengatakan kalau suami
melakukan hal itu baginya adalah biasa saja. Sungguh aku tidak percaya hal itu.
Di saat aku merasa down, aku
tetap harus mengikuti praktik mengajar di SMPN 1 Ciawigebang, karena aku tidak
mau mengulang dan ikut tahun depan supaya tidak mengganggu penyusunan skripsi.
Setelah aku selesai mengikuti program praktik mengajar, aku akhirnya dinyatakan
lulus dan memperoleh nilai A -memuaskan-. Aku sangat bahagia, meskipun situasi rumah
tanggaku sedang tidak baik-baik saja, tapi aku bisa memberikan praktik mengajar
dengan baik.
Gegara masalah rumah tanggaku,
keberlangsungan skripsi jadi ikut terpengaruh, dan aku merasa tidak semangat
dalam menyusun skripsi. Akhirnya terjadi juga, aku tak memikirkan lagi kuliah
apalagi skripsi. Aku back to my husband dan kembali menjadi ibu rumah
tangga lagi tanpa pernah punya keinginan mewujudkan cita-cita lagi. Keluargaku yang
masih mendukung terus, mempersilakan aku ke kampus dan bertemu dosen supaya aku
mewujudkan cita-cita muliaku. Sayangnya, motivasi untuk mengejar cita-cita
sudah pupus bahkan aku merasa beginilah nasib ibu rumah tangga. Namun, jauh di
lubuk hati terdalam, aku masih berkeinginan menggapai cita-citaku menjadi guru.
Suatu hari, pada saat aku
sedang menonton TV, kulihat grup alumni SDN 1 Ciputat sedang seru mengobrolkan
acara paturaytineung. Di grup
sedang membicarakan salah satu guru yang selalu dikenang oleh para alumni SD.
Sebagai alumni angkatan 2009, kami ingin hadir di acara tersebut untuk
mengucapkan terima kasih pada sosok guru kebanggaan kami yang pada waktu itu begitu
sabar, baik, serta sangat membimbing kami.
Pada waktu acara paturaytineung
dilaksanakan, aku bertemu sosok guru yang kukagumi. Sekarang beliau adalah
Kepala Sekolah SDN 1 Ciputat. Dalam acara tersebut kami saling sapa dan banyak
mengobrol.
Sebulan setelah acara paturaytienung,
tepatnya pada hari Sabtu siang, saat aku sedang tiduran, masuk telpon dari
nomor asing/nomor baru. Oh ternyata nomor ibu kepala sekolah. Semula aku tidak
percaya, ada apa ya beliau telpon aku? Aku telepon balik lalu kami mengobrol macam-macam.
Beliau bertanya aku sedang dimana, kerja atau tidak sekarang. Semua pertanyaan
aku jawab apa adanya; a, b, c, dst …. Karena beliau, aku tak segan untuk curhat
bahkan aku bilang, seandainya saja waktu bisa diputar, maka aku tak mau
kejadian diriku ini ada, sehingga aku bisa mewujudkan cita-citaku menjadi guru
seperti dirinya. Jujur aku bangga dengannya.
Mendengar curhatanku, ia lalu
memotivasi aku bahwa hidup belum selesai selama masih ada nafas yang Allah
berikan. Masih banyak yang bisa dikerjakan. Ibu kepala sekolah tiba-tiba
menawariku pekerjaan sebagai tenaga administrasi di SD aku dulu. Hidupku yang
nyaris putus asa mendadak terang kembali, tapi aku juga tahu diri dengan
mengatakan kalau aku belum lulus kuliah. “Selama kamu mau belajar dan berusaha
pasti semua bisa dikerjakan,” kata beliau menyemangatiku. Kata-katanya
benar-benar menjadi penyejuk di hatiku. Dengan mengucapkan terima kasih atas
kepercayaannya, aku juga mengucapkan Bismillah karena siap bekerja di
almamaterku SDN 1 Ciputat. Aku benar-benar tidak menyangka akan bekerja bersama
beliau, berasa mimpi, tapi ini semua nyata. Ini satu penghargaan yang begitu
besar untukku. Alhamdulillah ya Allah atas segala nikmat-Mu ….
Atas dorongan dan motivasi
beliau, sosok yang kuidolakan sejak dulu hingga sekarang, aku bersemangat untuk
kembali kuliah. Semoga kuliahku kali ini akan segera lulus dan aku bisa
mewujudkan cita-citaku yang tertunda. Aku ingin bisa seperti sosok yang
kuidolakan, Ibu Imas Sumiarsih, aamiin ….